Sebenernya gue ngga ngerti harus nulis dari mana, karena saat ini kondisinya sangat ga mendukung banget untuk nulia uneg-uneg gue, Kenapa gue bilang begitu? untuk nulis uneg-uneg di blog ini aja ribetnya kayak ngurus persepakbolaan indonesia. lebih terkenal para pengurusnya ketimbang para pemainnya bahkan yang lebih miris lagi banyak yang kenal frustasi sepakbola indonesia ketimbang prestasi sepakbolanya. bahkan secara statistik pelanggaran yang di dapat oleh induk organisasi ini lebih banyak dari pada piagam yang diterima.
kembal ke benang merah .... beneran susah bnaget pengen nulis uneg-uneg di blog ini. padahal ini kan blog gue. soalnya baru aja mau nulis uneg-uneg udah banyak yang bilang "ga pancasila lah".... "mengumbar ucapan kebencianlah" bahkan di cap merusak kebhinekaan indonesia".
padahal kalo dipikir pikir kalo cuma nulis uneg-uneg diblog ini apa salahnya sih? apa iya akan dijerat sama undang undang ITE? ga segitunya juga kalesss... Tapi gue harap apabila uneg-uneg yang bakal gue tulis di blog ini ga akan menyakiti perasaan pembaca blog ini. terus terang gue lagi mentok nih pikiran dan nulis uneg-uneg di blog ini mudah-mudahan bisa ngurangin rasa galau. Kalo dulu katanya kalo baca uneg-uneg gue jangan BAPER=BAwa PERasaan. biar situ ga jadi KOPER = KOrban PERasaan atau mungkin malah jadi BAGASI=BAhagia kaGA, Sedih Iya.
Udah jangan terlalu banyak cincong...orang cuma mau nulis uneg-uneg aja koq ribet kayak mau klaim asuransi aja... mari simak baik baik uneg-uneg saya....
UNEG-UNEG....
Sekian tulisan saya yang selama ini saya pendah... akhirnya plong kayak abis ngebom setel tertahan diperut dan kontraksi hingga bukaan 9
TAMAT
Jangan jadi TKI yang materialistis....cobalah bersikap RIYAListis
Jumat, 11 Agustus 2017
Sabtu, 05 Agustus 2017
Belajar dari kisah seorang pria yang dibakar hidup-hidup
Membaca kisah seorang pria yang dibakar hidup-hidup hanya karena dituding mencuri amplifier mesjid. Tiba-tiba saja pikiran alam bawah sadar saya terhanyut ke tahun 2004 dimana isu kolor ijo begitu marak berseliweran dan membuat masyarakan resah dan mengambil caranya sendiri untuk menghakimi.
ini semua bukan sekedar isapan jempol semata tapi mata ini menjadi saksi bahwa nyawa orang begitu murah dan begitu mudah melayang. kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang berwenang sepertinya sudah memudar atau kekesalan masyarakat yang sudah sangat memuncak.
Mulai dari melihat sekilas dari atas mobil akan korban yang masih bergerak ketika api membakar sekujur tubuhnya hingga melihat sendiri didepan rumah seorang pencuri sepeda butut nayris pingsan ketika tangan dan kaki diikat sedang api di tong sampah sudah mulai membara setelah disiram bensin dan pekik teriakan massa yang tak henti-henti berteriak BAKAR...BAKAR...BAKAR... BIAR KAPOK.
Bahkan hal itu pernah di alami sendiri ketika harus pulang kerja malam (sekitar jam 01:00 dini hari), pulang dengan kondisi ngantuk dan badan dilapisi jaket dan celana berwarna hitam-hitam, tiba-tiba segerombolan orang mengepung sampil berteriak... Ninja...Ninja. Alhamdulillah disela teriakan masih ada orang yang mengenali sambil berucap....tahan, ini mah jamaah sholat jum'at di mesjid belakang.
Semua itu masih tampak jelas dalam ingatan...
Keberingasan massa yang seakan tidak lagi memiliki rasa kasihan....
Kekesalan massa akibat isu yang tidak juga tuntas....
Rasa puas massa yang nyaris tidak meninggalkan sedikit rasa penyesalan...
Ada beberapa poin yang menurut kaca mata saya menjadi sumber kenapa massa sangat mudah terprovokasi dengan isu atau hanya dengan satu teriakan MALING. maka mampu merubah mereka yang santun menjadi beringas....
1. Pengaruh isu-isu yang berkembang...
Sebagai seorang muslim sudah sangat gamblang pedoman kita untuk menghadapi isu-isu yang berkembang ditengah kehidupan kita. Dan bagaimanakah seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ.
Kita dilarang membunuh dengan cara membakar. Ini berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْثٍ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا فَأَحْرِقُوهُمَا بِالنَّارِ»، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَرَدْنَا الخُرُوجَ: «إِنِّي أَمَرْتُكُمْ أَنْ تُحْرِقُوا فُلاَنًا وَفُلاَنًا، وَإِنَّ النَّارَ لاَ يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللَّهُ، فَإِنْ وَجَدْتُمُوهُمَا فَاقْتُلُوهُمَا»
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami dalam satu pasukan perang. Beliau bersabda, “Jika kalian ketemu dengan si A dan si B, bakarlah mereka.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan ketika kami hendak berangkat, “Kemarin saya perintahkan kalian untuk membakar si A dan si B, akan tetapi api adalah benda yang tidak boleh digunakan untuk menyiksa (membunuh) kecuali Allah. Jika kalian ketemu mereka bunuhlah.” (HR. Bukhari no.3016)
Demikian pula hadis dari Hamzah bin Amr Al-Aslami, beliau bercerita:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّرَهُ عَلَى سَرِيَّةٍ قَالَ: فَخَرَجْتُ فِيهَا، وَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَأَحْرِقُوهُ بِالنَّارِ». فَوَلَّيْتُ فَنَادَانِي فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَاقْتُلُوهُ وَلَا تُحْرِقُوهُ، فَإِنَّهُ لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ ».
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya bersama pasukan perang, ketika hendak berangkat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, “Jika kalian menjumpai si A, bakarlah dia dengan api.” Kemudian aku berangkat. Lalu beliau memanggilku dan aku kembali dan beliau berpesan, “Jika kalian menangkap si A, bunuhlah dan jangan kalian bakar. Karena tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api (yaitu Allah).” (HR. Abu Daud 2673 dan dishahihkan Al-Albani)
Dalam riwayat yang lain, dari Ikrimah, beliau menceritakan:
أُتِيَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِزَنَادِقَةٍ فَأَحْرَقَهُمْ فَبَلَغَ ذَلِكَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحْرِقْهُمْ لِنَهْيِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ وَلَقَتَلْتُهُمْ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ، فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا، فَقَالَ: صَدَقَ ابْنُ عَبَّاسٍ
Di bawah ke hadapan Khalifah Ali radhiallahu ‘anhu beberapa orang zindiq (mereka mengkultuskan Ali dan menganggapnya sebagai tuhan), lalu Ali bin Abi Thalib membakar mereka. Berita ini pun sampai kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, lalu beliau berkata, “Kalau aku, aku tidak akan membakar mereka. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammelarangnya dalam sabda beliau, “Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah“, namun aku tetap akan membunuh mereka berdasarkan sabda Rasulullah shallawahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa mengganti agamanya maka bunuhlah”. Ucapan Ibnu abbas ini pun sampai kepada Ali, dan Ali berkomentar: “Benar apa yang dikatakan Ibnu Abbas.” (HR. Bukhari, Nasai, Turmudzi, Abu Daud)
ini semua bukan sekedar isapan jempol semata tapi mata ini menjadi saksi bahwa nyawa orang begitu murah dan begitu mudah melayang. kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang berwenang sepertinya sudah memudar atau kekesalan masyarakat yang sudah sangat memuncak.
Mulai dari melihat sekilas dari atas mobil akan korban yang masih bergerak ketika api membakar sekujur tubuhnya hingga melihat sendiri didepan rumah seorang pencuri sepeda butut nayris pingsan ketika tangan dan kaki diikat sedang api di tong sampah sudah mulai membara setelah disiram bensin dan pekik teriakan massa yang tak henti-henti berteriak BAKAR...BAKAR...BAKAR... BIAR KAPOK.
Bahkan hal itu pernah di alami sendiri ketika harus pulang kerja malam (sekitar jam 01:00 dini hari), pulang dengan kondisi ngantuk dan badan dilapisi jaket dan celana berwarna hitam-hitam, tiba-tiba segerombolan orang mengepung sampil berteriak... Ninja...Ninja. Alhamdulillah disela teriakan masih ada orang yang mengenali sambil berucap....tahan, ini mah jamaah sholat jum'at di mesjid belakang.
Semua itu masih tampak jelas dalam ingatan...
Keberingasan massa yang seakan tidak lagi memiliki rasa kasihan....
Kekesalan massa akibat isu yang tidak juga tuntas....
Rasa puas massa yang nyaris tidak meninggalkan sedikit rasa penyesalan...
Ada beberapa poin yang menurut kaca mata saya menjadi sumber kenapa massa sangat mudah terprovokasi dengan isu atau hanya dengan satu teriakan MALING. maka mampu merubah mereka yang santun menjadi beringas....
- Hilangnya rasa percaya massa terhadap pihak-pihak yang berwajib....
- Akumulasi terhadap kejahatan yang sering terjadi...(tingginya tingkat kriminalitas)
- Besarnya pengaruh isu-isu yang berkembang (kalo pinjam bahasa kekinian.. berita yang terlalu sering digoreng di media mainstream mampu merubah prilaku seseorang)
- Rendahnya ilmu agama yang berkembang dimasyarakat...
1. Pengaruh isu-isu yang berkembang...
Sebagai seorang muslim sudah sangat gamblang pedoman kita untuk menghadapi isu-isu yang berkembang ditengah kehidupan kita. Dan bagaimanakah seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
[Al Hujurat : 6].
Jadi semestinya sebagai seorang muslim bila mendengar atau melihat berita yang "DIGORENG" sampe mateng dan renyah baik lewat media televisi atau seliweran melalui media sosial. Maka kita harus memeriksanya dengan sangat telitu atau kamu akan sengat menyesal. Bagaimana ga menyesal kalo kita sudah menghilangkan nyawa seorang muslim sedangkan nyawa seorang muslim itu menurut islam.
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ.
Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.
As-Sunanul-Kubra lin-Nasâ`i.
2. Renadahnya ilmu agama yang berkembang dimasyarakat...
Seandainya mereka sudah tau begitu berharganya nyawa seorang muslim dan bagaimana sikap muslim dalam menghadapi isu yang berkembang, insayaAllah hal seperti itu (membakar muslim hidup-kidup) tidak akan terjadi. Terlebih lagi proses menghilangkan nyawa itu dilakukan secara membakar dengan api. padahal dalam islam bagaimana sih hukum membunuh nyawa dengan api itu?
بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْثٍ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا فَأَحْرِقُوهُمَا بِالنَّارِ»، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَرَدْنَا الخُرُوجَ: «إِنِّي أَمَرْتُكُمْ أَنْ تُحْرِقُوا فُلاَنًا وَفُلاَنًا، وَإِنَّ النَّارَ لاَ يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللَّهُ، فَإِنْ وَجَدْتُمُوهُمَا فَاقْتُلُوهُمَا»
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami dalam satu pasukan perang. Beliau bersabda, “Jika kalian ketemu dengan si A dan si B, bakarlah mereka.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan ketika kami hendak berangkat, “Kemarin saya perintahkan kalian untuk membakar si A dan si B, akan tetapi api adalah benda yang tidak boleh digunakan untuk menyiksa (membunuh) kecuali Allah. Jika kalian ketemu mereka bunuhlah.” (HR. Bukhari no.3016)
Demikian pula hadis dari Hamzah bin Amr Al-Aslami, beliau bercerita:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّرَهُ عَلَى سَرِيَّةٍ قَالَ: فَخَرَجْتُ فِيهَا، وَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَأَحْرِقُوهُ بِالنَّارِ». فَوَلَّيْتُ فَنَادَانِي فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ: «إِنْ وَجَدْتُمْ فُلَانًا فَاقْتُلُوهُ وَلَا تُحْرِقُوهُ، فَإِنَّهُ لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ ».
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutusnya bersama pasukan perang, ketika hendak berangkat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, “Jika kalian menjumpai si A, bakarlah dia dengan api.” Kemudian aku berangkat. Lalu beliau memanggilku dan aku kembali dan beliau berpesan, “Jika kalian menangkap si A, bunuhlah dan jangan kalian bakar. Karena tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api (yaitu Allah).” (HR. Abu Daud 2673 dan dishahihkan Al-Albani)
Dalam riwayat yang lain, dari Ikrimah, beliau menceritakan:
أُتِيَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِزَنَادِقَةٍ فَأَحْرَقَهُمْ فَبَلَغَ ذَلِكَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحْرِقْهُمْ لِنَهْيِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ وَلَقَتَلْتُهُمْ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ، فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا، فَقَالَ: صَدَقَ ابْنُ عَبَّاسٍ
Di bawah ke hadapan Khalifah Ali radhiallahu ‘anhu beberapa orang zindiq (mereka mengkultuskan Ali dan menganggapnya sebagai tuhan), lalu Ali bin Abi Thalib membakar mereka. Berita ini pun sampai kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, lalu beliau berkata, “Kalau aku, aku tidak akan membakar mereka. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammelarangnya dalam sabda beliau, “Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah“, namun aku tetap akan membunuh mereka berdasarkan sabda Rasulullah shallawahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa mengganti agamanya maka bunuhlah”. Ucapan Ibnu abbas ini pun sampai kepada Ali, dan Ali berkomentar: “Benar apa yang dikatakan Ibnu Abbas.” (HR. Bukhari, Nasai, Turmudzi, Abu Daud)
Saya hanya bisa berharap agar kejadian ini merupakan yang terakhir dan tidak terulang kembali. mari kita doakan semoga Allah subhanallahu wataala mengampuni dosa dan kesalahan kita semua.
Selasa, 01 Agustus 2017
don't judge the book from the cover
Kejadian ini sudah cukup lama kejadiannya.. tapi saya perhatikan setiap pulang ke indonesia selalu saja mendapati kejadian yang hampir serupa dan saya rasakan sedikit menggelitik hati kecil. Segala rasa bercampur menjadi satu dan membuat ga bisa berbuat apa apa....
Berawal dari saat saya harus berdiam diri di rumah sakit ketika ayah saya (Allahu yarham) terbaring dirumah sakit. Begitu mendengar kabar tentang sakitnya salah satu orang yang sangat saya cintai maka saat itu juga saya langsung mengemas barang-barang seadanya dari saudi untuk segera menuju ke indonesia. Dikarenakan pakaian saya kebanyakan adalah thob (baju ghamis khas arab) maka mau ga mau isi koper saya saat itu hanya ghamis dan sedikit coklat untuk oleh-oleh kerabat di indonesia.
Dan ketika saya menginjakan kaki di bumi pertiwi, saya langsung menggunakan taxi dari bandara menuju ke rumah sakit tempat ayah saya di rawat. setibanya dirumah sakit saya yang masih menggunakan baju thob hanya bisa pasrah melihat kondisi orang tua yang sudah terbujur lemah tak berdaya. dan saya putuskan untuk tidak pulang ke rumah hingga kondisi orang tua saya benar-benar pulih.
kejadian yang membuat saya tidak bisa melupakan bermula dari saat saya hendak sholat subuh di salah satu mushola di lingkungan rumah sakit. saya yang masih menggunakan baju thob langsung menuju mushola kala adzan subuh berkumandang.... usai menunaikan sholat sunnah maka iqamah langsung di kumandang dan ternyata tanpa diduga mayoritas jamaah menyuruh saya tuk menjadi imam.
Jamaah: silahkan pak ustadz...
Ana: silahkan imam musholanya saja... saya masih musafir
Jamaah: Imamnya ga ada pak ustadz, silahkan
Alhamdulillah sholat subuh akhirnya selesai di tegakkan dan seusai berdzikir ba'da sholat fardu dan saya hendak beranjak dari tempat sholat, saya agak terkejut dikarenakan jamaah sholat subuh sudah duduk berbaris seperti orang antri ingin bertanya kepada orang yang duduk dihadapannya.
Jamaah: Assalamu'alaikum pak ustadz
Ana: Wa 'alaikum salam... maaf tolong jangan panggil saya ustadz karena saya belum pantas menyandang gelar tersebut.
Jamaah: Ah bisa aja pak ustdz nih...Begini pak Ustadz. boleh saya bertanya tanya tentang masalah agama?
Ana: Sekali lagi saya mohon maaf... jangan panggil saya dengan ucapan ustadz karena saya merasa belum pantas dan kadar keilmuan saya masih sangat jauh untuk sekedar di panggil ustadz. panggil saja saya FABIAN.
Jamaah: Beginilah sifat ustadz yang tawadhu... semakin tinggi tingkat keilmuan beliau semakin merendah dan tidak mau sedikitpun memperlihatkan kesombongan atas apa yang sudah dimilikinya. (jamaah yang lainpun ikut manggut-manggut)
Ana: (dalam hati ana cuma mikir sambil nelen ludah..mesti ngomong apa. Jujur salah ga jujur tambah salah) begini aja ya bapak-bapak... mending kita ngobrol yang ringan ringan aja. ngomong-ngomong bapak-bapak ini asalnya dari mana yaa? (salah satu trik untuk mengalihkan perhatian)
Jamaah: saya dari sini ustadz... kalo ana dari kampung ini ustadz (timpal para jamaah) Jadi begini pak ustadz, ada hal yang saya ingin tanyakan mengenai.... bla..bla..bla.. yang intinya mengenai fiqih dan membutuhkan jawaban yang ga boleh ngawur.
Ana: sejujurnya sehubungan dengan pertanyaan antum, saya hanya bisa jawab "saya tidak tahu jawabannya. tapi kalo antum mau bersabar. InshaaAllah ba'da sholat dhuhur akan coba saya jawab setelah saya bertanya dengan guru saya. beliau orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan beliau.
Jamaah: Masya Allah Ustadz, Ustadz ini sangat hati-hati. sebenarnya saya yakin ustadz bisa saja menjawab sekarang tapi karena tidak mau dibilang jago atau berilmu mangkanya. ustadz berpura-pura tidak mau menjawab sekarang. yaa udah pak ustadz inshaa Allah setelah sholat dhuhur saya tunggu jawabannya. kasihan jamaah yang lain masih banyak yang mau bertanya...
Ana: dalam hati hanya bisa berujar...Yaa Allah. Saya harus berbuat apa? ini jamaah mana banyak lagi yang masih setia antri. Mohon maaf bapak bapak... saya ini di saudi arabia adalah seorang TKI dan bukan ustadz.
Jamaah: Ga apa apa pak Ustadz... kami senag koq ustadz mau mendengarkan pertanyaan dari kami.
Ana: begini saja yaa pak... semua pertanyaan bapak-bapak saya catat di handphone inshaa Allah sama seperti bapak yang pertama, akan saya coba tanyakan sama ustadz saya. dan jawabannya akan saya berikan seuasai sholat dhuhur. Karena saya terus terang tidak tahu jawabannya saat ini.
Setelah semua jamaah betanya dan saya pun mencoba pamit untuk mengakhiri segala kesalahpahaman ini... Baik bapak bapak kalo sudah tidak ada lagi yang bisa kita obrolin maka saya pamit balik lagi ke ruang perawatan.
dari kisah ini ada beberapa hal penting yang bisa saya petik hikmahnya:
Berawal dari saat saya harus berdiam diri di rumah sakit ketika ayah saya (Allahu yarham) terbaring dirumah sakit. Begitu mendengar kabar tentang sakitnya salah satu orang yang sangat saya cintai maka saat itu juga saya langsung mengemas barang-barang seadanya dari saudi untuk segera menuju ke indonesia. Dikarenakan pakaian saya kebanyakan adalah thob (baju ghamis khas arab) maka mau ga mau isi koper saya saat itu hanya ghamis dan sedikit coklat untuk oleh-oleh kerabat di indonesia.
Dan ketika saya menginjakan kaki di bumi pertiwi, saya langsung menggunakan taxi dari bandara menuju ke rumah sakit tempat ayah saya di rawat. setibanya dirumah sakit saya yang masih menggunakan baju thob hanya bisa pasrah melihat kondisi orang tua yang sudah terbujur lemah tak berdaya. dan saya putuskan untuk tidak pulang ke rumah hingga kondisi orang tua saya benar-benar pulih.
kejadian yang membuat saya tidak bisa melupakan bermula dari saat saya hendak sholat subuh di salah satu mushola di lingkungan rumah sakit. saya yang masih menggunakan baju thob langsung menuju mushola kala adzan subuh berkumandang.... usai menunaikan sholat sunnah maka iqamah langsung di kumandang dan ternyata tanpa diduga mayoritas jamaah menyuruh saya tuk menjadi imam.
Jamaah: silahkan pak ustadz...
Ana: silahkan imam musholanya saja... saya masih musafir
Jamaah: Imamnya ga ada pak ustadz, silahkan
Alhamdulillah sholat subuh akhirnya selesai di tegakkan dan seusai berdzikir ba'da sholat fardu dan saya hendak beranjak dari tempat sholat, saya agak terkejut dikarenakan jamaah sholat subuh sudah duduk berbaris seperti orang antri ingin bertanya kepada orang yang duduk dihadapannya.
Jamaah: Assalamu'alaikum pak ustadz
Ana: Wa 'alaikum salam... maaf tolong jangan panggil saya ustadz karena saya belum pantas menyandang gelar tersebut.
Jamaah: Ah bisa aja pak ustdz nih...Begini pak Ustadz. boleh saya bertanya tanya tentang masalah agama?
Ana: Sekali lagi saya mohon maaf... jangan panggil saya dengan ucapan ustadz karena saya merasa belum pantas dan kadar keilmuan saya masih sangat jauh untuk sekedar di panggil ustadz. panggil saja saya FABIAN.
Jamaah: Beginilah sifat ustadz yang tawadhu... semakin tinggi tingkat keilmuan beliau semakin merendah dan tidak mau sedikitpun memperlihatkan kesombongan atas apa yang sudah dimilikinya. (jamaah yang lainpun ikut manggut-manggut)
Ana: (dalam hati ana cuma mikir sambil nelen ludah..mesti ngomong apa. Jujur salah ga jujur tambah salah) begini aja ya bapak-bapak... mending kita ngobrol yang ringan ringan aja. ngomong-ngomong bapak-bapak ini asalnya dari mana yaa? (salah satu trik untuk mengalihkan perhatian)
Jamaah: saya dari sini ustadz... kalo ana dari kampung ini ustadz (timpal para jamaah) Jadi begini pak ustadz, ada hal yang saya ingin tanyakan mengenai.... bla..bla..bla.. yang intinya mengenai fiqih dan membutuhkan jawaban yang ga boleh ngawur.
Ana: sejujurnya sehubungan dengan pertanyaan antum, saya hanya bisa jawab "saya tidak tahu jawabannya. tapi kalo antum mau bersabar. InshaaAllah ba'da sholat dhuhur akan coba saya jawab setelah saya bertanya dengan guru saya. beliau orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan beliau.
Jamaah: Masya Allah Ustadz, Ustadz ini sangat hati-hati. sebenarnya saya yakin ustadz bisa saja menjawab sekarang tapi karena tidak mau dibilang jago atau berilmu mangkanya. ustadz berpura-pura tidak mau menjawab sekarang. yaa udah pak ustadz inshaa Allah setelah sholat dhuhur saya tunggu jawabannya. kasihan jamaah yang lain masih banyak yang mau bertanya...
Ana: dalam hati hanya bisa berujar...Yaa Allah. Saya harus berbuat apa? ini jamaah mana banyak lagi yang masih setia antri. Mohon maaf bapak bapak... saya ini di saudi arabia adalah seorang TKI dan bukan ustadz.
Jamaah: Ga apa apa pak Ustadz... kami senag koq ustadz mau mendengarkan pertanyaan dari kami.
Ana: begini saja yaa pak... semua pertanyaan bapak-bapak saya catat di handphone inshaa Allah sama seperti bapak yang pertama, akan saya coba tanyakan sama ustadz saya. dan jawabannya akan saya berikan seuasai sholat dhuhur. Karena saya terus terang tidak tahu jawabannya saat ini.
Setelah semua jamaah betanya dan saya pun mencoba pamit untuk mengakhiri segala kesalahpahaman ini... Baik bapak bapak kalo sudah tidak ada lagi yang bisa kita obrolin maka saya pamit balik lagi ke ruang perawatan.
dari kisah ini ada beberapa hal penting yang bisa saya petik hikmahnya:
- melihat orang berjenggot dan berbaju ghamis tidak berarti secara otomatis beliau itu adalah seorang ulama atau seorang ustadz.
- Memjawab pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu agama dengan jawaban SAYA TIDAK TAHU adalah jawaban yang terbaik, karena apabila kita menjawab dengan jawaban yang salah maka besar konsekuensinya, bisa bisa kita menyesatkan orang yang bertanya.
- Buat temen-temen yang bekerja di saudi arabia... jangan malas menuntut ilmu. karena bisa jadi dan sangat tidak mustahil hal ini terjadi pada kita semua. maka persiapkan diri kita. minimal kalo ga bisa jadi ustadz, ya bisa jadi imam sholat di mushola, dan kalaupun belum sanggup jadi Imam maka bisa jadi muadzin. dan kalau belum bisa jadi muadzin minimal bisakan jadi makmum.
Langganan:
Postingan (Atom)