"Ka tolong telephone mama...saya dah di rumah sakit" itu isi pesan singkat yang ditulis adik yang tinggal di indonesia, ga perlu nunggu lama saya pun menelpon mama. terdengar suara berat tidak seperti biasanya tapi tetap deselingi dengan sedikit keceriaan karena ingin sekali beliau mendengar suara anaknya, menantu serta cucu-cucunya. Mungkin beliau mencoba menyembunyikan kepedeihan dari rasa sakit yang dideritanya dengan menjawab setiap pertanyaan saya dengan tawa dan jawaban yang mungkin bisa menentramkan perasaan anaknya yang harus bekerja jauh di negeri orang.
Tapi hati kecil ini seperti terpanggil layaknya ada dorongan kuat agar aku pulang tuk menemaninya. dan seusai bercengkerama melalui pesawat telephone maka aku bercerita tentang keadaan ibu sama istriku tercinta. "beliau menitipkan salam buat kamu dan anak-anak... tapi perasaan abi kayaknya penyakit kali ini agak sedikit berbeda dari sakit yang sebelumnya dan kayaknya abi harus pulang deh mi" ujarku di sela perbincanganku dengan keluarga. Memang Mama dan keluarga di indonesia ga menyuruhku tuk pulang dan mereka berjanji untuk mengabari perkembangan kesehatan mama.
tiap saat kucoba menanyakan kondisi terakhir mama kepada adik-adikku...dan jawaban mereka "alhamdulillah sekarang aga mendingan tapi kata dokter masih harus di opname". dorongan tuk pulang pun terus menarik tuk segera berjumpa dengan malaikat ku di dunia (mama). setiap kali aku usai menanyai kabar ibu setiap kali itu juga istriku menanyakan kondisi ibu di indonesia, sepertinya dia bisa membaca guratan kegelisahan dari dalam diriku. Jawabanku tetap sama dengan jawaban adik-adikku.
"Kalo abi emang mau pulang ke indonesia...pulang aja bi, biar saya sama anak-anak nunggu di sini. InshaaAllah kita bisa menjaga diri kok"... sebuah ucapan yang sangat menentramkan. Hari itu juga saya harus kerja serba cepat. pagi hari mengurus cuti via jalur emergency (biasanya untuk cuti normal harus ngurus sebulan sampe minimal seminggu tuk ngurus dokumen, maka dengan jalur emergency semua selesai dalam tempo 2 jam).
Setelah semua dokumen selasai (Passport dan visa) maka usai makan siang, saya langsung meluncur ke travel agen langganan tuk memesan tiket penerbangan ke indonesia pada malam hari. Alhamdulillah langganan saya orang mesir itu bisa mendapatkan tiket murah saat kondisi emergency. Dan sore hari setelah tiket ada di tangan maka sayapun bergegas kemabli ke rumah. dan ga seperti mudik sebelumnya, maka kali ini saya hanya membawa beberap potong baju thob dan membelikan kurma serta oleh-oleh kesukaan ibunda tercinta.
Selesai packing seadanya dan usai sholat maghrib saya pun segera meluncur ke bandara untuk check in. selama diperjalanan pikiran mulai terbagi dua. satu hal memantau terus keadaan orang tua dan hal lainnya memikirkan keluarga yang harus ditinggal di negeri orang.
Alhamdulillah sore itu pesawat yang aku tumpangi mendarat dengan aman di bandara soekarno hatta, setelah usai pengurusan di imigrasi dan pengambilan barang di bagasi dan saat itu juga saya langsung memanggil taksi tuk nganter ke kota tujuan. Dan ga mesti nuggu lama ternyata taksi biru meluncur membawaku meninggalkan bandara soeta.
Ketika sudah keluar tol dan masuk pintu gerbang kota... supir taxi membangunkan seraya berujar " Mas udah sampe.... terus kita mau ke mana mas? mau ke rumah atau mau ke rumah sakit?", " langsung ke rumah sakit aja mas.. kebetulan rumah sakitnya deket dari sini" ujarku sambil mengucek mata yang terlalu lelap saat beristirahat.
Turun dari taxi saya baru tersadar kalo saya masih memakai baju thob (baju ghamis ala saudi arabia dengan warna putih panjang layaknya daster di indonesia). usai membayar ongkos taksi dan mengucapkan terima kasih dan langsung saya menyeret koper dan air zam-zam menuju ruang informasi tuk menanyakan lokasi kamar tempat dirawat mama.
Bergegas menuju kamar yang ditunjukan perawat, dan terlihat adik-adik dah kumpul di rumah sakit. ternyata perasaan saya benar kalau mama kondisinya semakin memburuk (sudah mulai tidak mengenali anggota keluarga).
"Assalamu'alaikum ma"... aku beranjak mendekati beliau dan menciumi tangan serta kening berharap beliau masih mengenali ku.
Tak ada jawaban keluar dari bibir beliau.... mungkin beliau tidak mendengarkan maka ku dudk sampingnya. sambil berkata "apa kabar ma?"
"Ini byan?... mana keluarga?" ujarnya dengan nada yang hampir tak jelas. terlihat keceriaan dari senyum yang hadir di sela-sela bibirnya yang mulai terlihat kering.
"Iya ma.... maaf istri dan anak-anak ga pada bisa ikut" jawabku singkat. mama udah makan? dan lagi-lagi tak ada jawaban. "Ma....byan mau sholat dulu yaa... mama mau sholat bareng?" ...."kalo ga kuat duduk, sambil berbaring juga ga apa-apa koq ma"
Seusai sholat maghrib dan isya... ternyata beliau sudah tidak sadarkan diri kembali. Untaian doa tak terputus berharap kesembuhan dari Sang Khaliq. Dan ketika dokter jaga datang mengecek kondisi beliau, saya bertanya tentang keadaan beliau.Dan seperti yang sudah diperkirakan bahwa hasil diagnosa dokter hanya bisa pasrah dan berharap mukjizat untuk kesembuhan mama.
Malam itu kondisi mama semakin memburuk dan terpaksa harus di kirim ke ruang ICU. Kecintaan seorang anak terhadap malaikat nya di dunia yang di kirim Allah untuk menjaga anak-anaknya. benar kata sebuah peribahasa kalau "seorang ibu sanggup memelihara 10 orang anak tapi belum tentu 10 orang anak sanggup merawat seorang ibu". Hal itulah yang saya rasakan saat itu... serasa belum bisa membahagiakan beliau serta belum bisa membuat beliau bangga kepada anak-anaknya. Ternyata saat waktu shalat dzuhur tiba, Sang Pemilik Yang Hakiki lebih menyayangi beliau dan mengistirahatkan beliau insyaAllah di tempat terbaiknya (Allahu yarhamhu) dan meninggalkan semua yang mencintainya. "Kami semua belum bisa membuatmu bangga tapi yakinlah kalau kami semua bangga menjadi buah hatimu mama"
AKU AKAN KEMBALI KEPANGKUANMU WAHAI IBUNDA
لَسِوْفَ أَعُوْدُ يَا أُمِّي … أُقَبِّلُ رَأْسَكِ الزَّاكِي
Aku akan kembali wahai ibunda … untuk mencium keningmu yang suci
أَبُثُّكِ كُلَّ أَشْوَاقِي… وَأَرْشُفُ عِطْرَ يُمْنَاكِ
Aku akan menumpahkan seluruh kerinduanku dan aku akan menghirup wanginya tangan kananmu
أُمَرِّغُ فِي ثَرَى قَدَمَيْكِ… خَدِّي حِيْنَ أَلْقَاكِ
Aku akan menghamparkan pipiku di pasir yang ada di kedua kakimu jika bertemu denganmu ibunda
أُرَوِّي التُّرْبَةْ مِنْ دَمْعِي… سُرُوْرًا فِي مُحَيَّاكِ
Aku akan membasahi tanah dengan air mataku… karena gembira bertemu denganmu ibunda
فَكَمْ أَسْهَرْتِ مِنْ لَيْلٍ… لِأَرْقُدَ مِلْءَ أَجْفَانِي
Betapa sering engkau terhalang dari tidur malam agar aku tidur dengan pulas menutup pelupuk mataku
وَكَمْ أَظْمَئْتِ مِنْ جَوْفٍ… لِتُرْوِيْنِي بِتَحْنَانِي
Betapa sering lehermu kering kehausan untuk bisa menghilangkan dahagaku dengan kelembutan dan kasih sayangmu
وَيَوْمَ مَرِضْتُ لاَ أَنْسَى … دُمُوْعًا مِنْكِ كَالْمَطَرِ
Dan pada hari tatkala aku sakit.. tidak akan aku lupakan air matamu yang mengalir seperti derasnya hujan
وَعَيْنًا مِنْكَ سَاهِرَةً … تَخَافُ عَلَيَّ مِنْ خَطْرٍ
Dan tidak akan aku lupakan matamu yang bergadang menahan ngantuk karena mengkhawatirkan aku
وَيَوْمَ وَدَاعِنَا فَجْرًا … وَمَا أَقْسَاهُ مِنْ فَجْرِي
Hari itu dimana kita berpisah di pagi hari… sungguh itu adalah pagi yang sangat menyedihkan bagiku
يَحَارُ الْقَوْلُ فِي وَصْفِ … الَّذِي لاَقَيْتِي مِنْ هَجْرِي
Kata-kata tidak mampu mengungkapkan kesedihanmu akibat kepergianku
وَقُلْتِ مَقَالَةً لاَ زِلْتُ … مُدَّكِرًا بِهَا دَهْرِي
Dan engkau mengutarakan suatu perkataan kepadaku yang selalu ingat sepanjang kehidupanku :
مُحَالٌ أَنْ تَرَى صَدْرًا … أَحَنَّ عَلَيْكَ مِنْ صَدْرِي
Tidak mungkin engkau akan mendapatkan dada yang lebih lembut dan sayang kepadamu daripada dadaku
بِبِرِّكِ يَا مُنَى عُمْرِي … إِلَهُ الْكَوْنِ أَوْصَانِي
Allah pemilik alam semesta ini telah berwasiat kepadaku untuk berbakti kepadamu hingga akhir hayatku
رِضَاؤُكِ سِرُّ تَوْفِيْقِي … وَحُبُّكِ وَمْضُ إِيْمَانِي
Keridhoanmu merupakan kuci kesuksesanku… dan mencintaimu adalah cahaya keimananku
وَصِدْقُ دُعَائِكِ انْفَرَجَتْ … بِهِ كُرَبِي وَ أَحْزَانِي
Dengan ketulusan doamu maka sirnalah kesulitan dan kesedihanku
وِدَادُكِ لاَ يُشَاطِرُنِي … بِهِ أَحَدٌ مِنَ الْبَشَرِ
Kecintaanku tulus kepadamu tidak akan terbagi kepada seorangpun
فَأَنْتِ النَّبْضُ فِي قَلْبِي … وَأَنْتِ النُّوْرُ فِي بَصْرِي
Ibunda engkau menyertai gerakan hatiku… dan engkau adalah cahaya pandanganku
وَأَنْتِ اللَّحْنُ فِي شَفَتِي … بِوَجْهِكِ يَنْجَلِي كَدَرِي
Ibunda engkau adalah senandung yang menyertai lisanku… dengan memandangku maka hilanglah kegelisahanku
إِلَيْكِ أَعُوْدُ يَا أُمِّي … غَدًا أَرْتَاحُ مِنْ سَفَرِي
Aku akan kembali kepadamu wahai ibunda esok… dan aku akan beristirahat dari perjalanan jauhku
وَيَبْدَأُ عَهْدِيَ الثَّانِي … وَيَزْهُو الْغُصْنُ بِالزَّهْرِي
Maka aku akan memulai lembaran baru bersamamu ibunda… dan ranting-ranting pun akan terhias dengan bunga
Buat kalian yang masih memiliki orang tua....pesan saya:
- Sayangi kedua orang tuamu karena yakinlah kesuksesan yang kamu dapatkan saat ini ada banyak andil mereka dalam mewujudkannya. begitu pula sebaliknya, bisa jadi kesusahanmu yang mungkin kau hadapi saat ini dikarenakan ada sesuatu perbuatan kita yang menyakiti hatinya.
Dicatat oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/344),
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ ،
عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ مَالِكٍ ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : ” مَنْ
أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا ، ثُمَّ دَخَلَ النَّارَ مِنْ
بَعْدِ ذَلِكَ ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ وَأَسْحَقَهُ “
Muhammad bin Ja’far menuturkan kepadaku, Syu’bah menuturkan kepadaku, ia berkata, Qatadah menyampaikan hadits dari Zurarah bin Aufa, dari Abu Ibni Malik dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
“Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup atau salah satunya, lalu setelah itu ternyata ia masuk neraka, maka Allah akan masukan ia lebih dalam lagi ke dalam neraka”
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه
“Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini shahih”).
Dan apabila mereka telah meninggal dunia:
Terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ada yang bertanya kepada beliau,
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ
شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ
عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ
بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا
وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adakah tersisa perbuatan bakti kepada orang tua yang masih bisa saya lakukan sepeninggal mereka ? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘Berdoa untuk mereka, memohonkan ampunan, melaksanakan janji mereka, menyambung tali silaturahim yang hanya terhubung melalui mereka serta memuliakan teman-teman mereka‘”
(HR. Ahmad 3/279, Bukhari dalam kitab “Adabul Mufrad”, Abu Daud no. 5142