Rabu, 11 Agustus 2010

Korupsi Di bulan ramadhan?


Korupsi Di Indonesia ? Ane udah ngga ngerti lagi apakah korupsi merupakan salah satu budaya bangsa kita, budaya yang turun temurun diwariskan kepada anak cucu bangsa ini, suap menyuap, kolusi dan nepotisme budaya yang mengakar kuat dan sulit untuk mencabutnya Atau hanya ulah segelintir "OKNUM" yang memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri sendiri.
Tapi kalo dikatakan BUDAYA mustinya bangsa indonesia merasa malu karena negara dengan yang konsep mengusung Budaya Ketimuran yang condong dengan budi pekerti yang luhur terrnyata menjadi negara TERKORUPSI ke-3 didunia. Karena dibanding dengan Barat yang jelas-jelas menganut konsep budaya kebarat-baratan (dua konsep ini adalah hasil dari pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang melulu menganalogikan Budaya Timur dan Budaya Barat ibarat Hitam dan Putih) 
Tapi kalo dikatakan Korupsi adalah ulah segelintir OKNUM. mengapa OKNUM bisa dengan mudah ditemukan di hampir setiap titik atau sudut wilayah yang ada di negeri ini. Seperti saya bilang tadi di kelurahan ketemu oknum, di kecamatan ketemu oknum di kantor pelayanan hukum ketemu Oknum di instansi keagamaanpun masih ditemukan OKNUM. mana yang OKNUM mana yang bukan sulit dibedakan.
Pengalaman saya berurusan dengan birokrasi bangsa ini bukan sekali dua kali, tapi puluhan kali dan Kesemuanya harus melalui adu urat syaraf atau mau tidak mau harus dilakukan dengan kesepakatan, jika ingin cepat beri “uang pelicin”, jika tidak jangan harap akan dipercepat segala urusan tapi malah dipersulit. Jika kita berurusan dengan birokrasi bangsa ini nyaris terjadi deal suka sama suka, untung sama untung, yang akhirnya menjadi lumrah dilakukan.
Pengalaman saya dari mulai pembuatan Akte Kelahiran (apa ini merupakan indikasi Korupsi sudah mulai diperkenalkan sejak lahir..heheheee) terus dilanjut kalo mau sekolah hingga satu setengah tahun lalu isteri mengajukan pembuatan passport di Imigrasi Serang Banten dan seperti yang saya duga sebelumnya banyak calo - calo berseragam maupun tidak menawarkan jasa apalagi jika bukan untuk melicinkan segala urusan, karena isteri saya sudah saya ingatkan untuk tetap mengikuti prosedure petugaspun seperti mau tidak mau dan ketika saya tanya kapan selesainya sang petugas menjawab nanti kita beritahu lewat telfon dengan alasan banyak yang antri.biaya yang normalnya Rp.270.000.- /orang melonjak hingga Rp. 700.000.- /orang dan itupun masih dikenakan biaya perbaikan nama Rp. 150.000.- / orang. Pokoknya bisa dihitung sendiri berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk satu istri dan 2 orang anak.Pengen sih nulis satu persatu pengalaman bertemu dengan beberapa OKNUM, tapi saya yakin kalo saya tulis satu persatu bisa penuh nih blog saya and butuh 1000 hari untuk nyelesaiin tulisannya :) Sampai yang terbaru setiap saya kembali ke tanah air dan tiba di imigrasi seribu satu pertanyaan yang harus saya jawab. mulai dari "pertanyaan seputar surat keberangkatan / kedatangan" hingga pertanyaan yang ngga nyambung "mana surat cutinya pak?" heheheee dia pikir dia itu atasan kita? atau hanya sekedar jebakan buat para sopir dan TKW karena TKW dan sopir pribadi mudik tanpa surat cuti... apa mereka ga mikir kalo gaji mereka di bayar dari devisa yang kita bayarkan.

Berbeda dengan Saudi Arabia negara yang saya tinggali sekarang ketika saya mengurus segala urusan berkaitan dengan proses kedatangan ke Arab Sauddi. di negara tersebut saya hanya mendaftarkan ke bagian Administrasi Pemerintahan setempat tanpa dipungut biaya pendaftaran dan segala urusan duit harus melalui bank itupun jelas terlihat di jendela Kasir dan ada bukti pembayarannya.
Pengalaman menarik lainnya adalah ketika saya harus ditilang gara - gara kecepatan Mobil melebihi 120 KM / Jam, saya harus membayar denda 300 SR yang harus saya bayarkan di Bank, jika tidak maka 300 SR itu akan terus bertambah hingga saya memperpanjang STNK yang mungkin bisa melebihi 1000 SR dan ini akan mempersulit saya untuk menjual lagi mobil tersebut atau sama sekali tidak bisa diperpanjang jika denda tilang belum saya bayarkan. dan tidak pernah melihat ada istilah "damai di tempat".Ironis memang dengan budaya bangsa sendiri hukum dan undang - undang dibuat hanya dijadikan pintu terjadinya suap dan korupsi. 
Yuk di puasa tahun ini...mulai juga puasa KORUPSI. karena hakekat puasa tidak hanya mencegah dari makan, minum dan behubungan dengan istri disiang hari. tapi juga menjaga dari perbuatan yang diharamkan. Dan ingat "kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya tapi juga karena ada kesempatan" jadi harus di ingat kalo kita selalu ingin jalan DAMAI/CEPAT...kita telah membuka celah koripsi itu sendiri. upayakan untuk mengatakan tidak kepada KORUPSI..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini