Rabu, 17 Oktober 2012

Sembilan Nasehat Buat Anda Yang Menunaikan Ibadah Haji Dan Umrah




NASEHAT PERTAMA

Saudaraku!
Jangan lupa, bahwa maksud pertama kedatangan anda ke negeri ini adalah untuk menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa haji dan semua jenis amal perbuatan mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, agar dapat diterima dan mendapatkan pahala, yaitu:
1. Amal tersebut hanya ditujukan kepada Allah Ta`ala. Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ

Padahal, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (QS. Al Bayyinah: 5).

2. Amal tersebut mesti sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Beliau bersabda:

 مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 

"Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalannya itu akan tertolak"

Dalam berkaitan dengan ibadah haji, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda pula:

 خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ .
"Ambillah cara manasik kalian dari saya"

Maksudnya adalah: Pelajari dan amalkanlah apa yang telah saya (Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam) kerjakan dalam haji, dan jangan sekali-kali kalian membuat-buat tata cara yang baru yang datang dari diri kalian.
Cara pelaksanaan haji dan umroh yang paling baik dilakukan oleh seorang muslim adalah cara yang sesuai dengan cara Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, agar ia mendapatkan kecintaan dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta`ala. Allah Subhanahu wa Ta`ala telah berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُم"

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) men-cintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu  dan mengampuni dosa-dosamu". (QS. Ali Imran: 31).

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban anda untuk mempelajari tuntunan ibadah dan bertanya kepada ulama (orang-orang yang mengerti ibadah haji) sebelum anda memulai ibadah haji. (Anda bisa membaca lebih lengkap di buku-buku yang khusus membahas masalah ini)

NASEHAT KEDUA

Saudaraku!
Ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh banyak jema`ah haji, baik karena ketidaktahuan, lupa ataupun beranggapan (bahwa kesalahan tersebut sebagai sesuatu) yang remeh. Berikut ini saya akan menyebutkan beberapa kesalahan tersebut, dengan harapan kiranya anda dapat menghindarinya, sehingga ibadah haji anda selamat (dari kesalahan itu) dengan izin Allah Subhanahu wa Ta`ala.

PERTAMA: Beberapa kesalahan yang dilakukan sebagian orang pada saat ihram:
1. Tidak berihram dari miqat.
2. Keyakinan sebagian orang bahwa tidak boleh memakai alas kaki, apabila saat ihram tidak memakainya.
3. Keyakinan sebagian orang mengenai tidak bolehnya mengganti pakaian ihram.
4. Al Idhthiba` sejak mulai berihram, yaitu membuka pundak kanan dan menjadikan (kedua) ujung kain ihramnya di atas pundak kiri. Padahal, idhthiba` ini hanya dilakukan pada saat Thawaf  Qudum saja.
5. Meyakini adanya shalat sunat ihram pada saat akan berihram.

KEDUA: Beberapa kesalahan yang terjadi (dalam perjalanan) antara miqat dan Masjidil Haram, antara lain:
1. Meninggalkan talbiyah serta mengerjakan hal-hal yang menyebabkan lalai dari mem-bacanya. Dan yang lebih berbahaya dari itu, menghabiskan waktu dengan hal-hal yang diharamkan, seperti mendengarkan nyanyian dan lagu (musik). 
2. Membaca talbiyah dengan cara berjamaah (serentak bersama-sama).

KETIGA: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika memasuki Masjidil Haram, yaitu:
1. Meyakini bahwa memasuki Masjidil Haram harus melewati pintu tertentu. Kita sering mendapatkan jemaah haji yang menyusahkan dirinya dengan bertanya di mana Babul `Umrah atau Babul Fath( ) dan yang lainnya. Padahal, perkara ini tidak seharusnya membuat jemaah bersusah-susah dan bersifat mudah dan lapang –alhamdulillah-, karena anda dibolehkan me-masuki Masjidil Haram dari pintu manapun yang mudah bagi anda. Dan jika anda (mampu) masuk dari Bab Bani Syaibah, maka itu sangat bagus, karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dahulu masuk melalui pintu tersebut.
2. Membaca do`a-do`a tertentu ketika memasuki Masjidil Haram. Padahal, tidak ada sama sekali do`a khusus yang harus dibaca ketika me-masukinya. Yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam hanyalah do`a yang dibaca ketika memasuki setiap masjid, termasuk Masjidil Haram, seperti:

 بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ، وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ .

"Dengan nama Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah. Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu rahmatMu buatku".

KEEMPAT: Beberapa kesalahan yang terjadi dalam thawaf, antara lain:
1. Melafazhkan niat ketika akan mengerjakan thawaf. Kita sering mendengar sebagian orang mengucapkan:

 اللَّهُمَّ، إِنِّيْ نَوَيْتُ أَنْ أَطُوْفَ بِالْبَيْتِ سَبْعَةَ أَشْوَاطٍ .

"Ya Allah, sesungguhnya aku berniat mela-kukan thawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran".

Padahal, cara tersebut sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dan (tidak pula) sahabat-sahabatnya yang mulia.
2. Tidak memulai thawaf dari Hajarul Aswad.
3. Berdesak-desakan di Hajarul Aswad dan Rukun Yamani.
4. Meyakini bahwa mencium Hajarul Aswad adalah syarat sah thawaf.
5. Mencium Rukun Yamani.
6. Berjalan cepat (ramal) di seluruh putaran thawaf. Padahal, ramal tersebut tidak (disun-nahkan) dilakukan kecuali pada tiga putaran pertama dan hanya (disunnahkan) bagi kaum pria.
7. Mengkhususkan setiap putaran dengan bacaan do`a tertentu. Dan yang lebih mem-perparah penyimpangan ini, apabila orang yang thawaf dengan membaca buku do`a kecil itu tidak mengetahui makna apa yang dibacanya itu.
8. Masuk ke dalam Hijir Ismail ketika masih thawaf. Hal ini dapat membatalkan thawaf 
seseorang, karena Hijir Ismail masih termasuk dalam bangunan Ka`bah.
9. Tidak menjadikan Ka`bah di sebelah kirinya. Hal ini sering terjadi pada orang yang mengawal keluarganya dalam mengerjakan thawaf dan "memblokade" mereka bersama-sama dengan rombongannya. Maka orang ini mau tidak mau akan menjadikan Ka`bah di sebelah kanan atau di depannya, bahkan di belakang-nya. Hal ini bisa saja menyebabkan tidak sahnya thawaf yang ia lakukan, karena di antara syarat-syarat sahnya thawaf adalah menjadikan Ka`bah pada posisi sebelah kiri anda.
10. Memegang/ mengusap-usap semua rukun (sisi) Ka`bah.
11. Mengeraskan suara membaca do`a. Hal ini dapat menghilangkan kekhusyu`an, menjatuh-kan kewibawaan Baitullah dan mengganggu orang lain yang sedang melakukan thawaf, padahal mengganggu orang yang sedang mengerjakan ibadah merupakan suatu ke-mungkaran.
12. Berkeyakinan bahwa shalat dua raka`at setelah thawaf harus dikerjakan di dekat Maqam Ibrahim. Oleh sebab itu, kita sering melihat orang-orang yang menyebabkan sempit dan terkendalanya orang lain yang sedang thawaf, sehingga mereka sangat terganggu dibuatnya.
13. Memanjangkan shalat dua raka`at setelah thawaf. Hal ini menyalahi sunnah, karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam memendekkan dan meringankan kedua raka`at tersebut. Di samping itu, orang yang meman-jangkan dua raka`at ini, sesungguhnya telah mengganggu, memberatkan serta menghala-ngi orang-orang yang thawaf yang sebenar-nya mereka lebih berhak terhadap tempat itu daripadanya.
14. Membaca do`a tertentu di Maqam Ibrahim. Dan penyimpangan ini lebih parah lagi, apabila do`a itu dibaca secara berjama`ah.
15. Mengusap-usap Maqam Ibrahim. Hal ini sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam

KELIMA: Beberapa kesalahan yang terjadi dalam mengerjakan sa`i, yaitu:
1. Melafazhkan niat sa`i.
2. Meninggalkan berlari-lari kecil (ramal) antara dua tanda hijau bagi laki-laki.
Adapun wanita (memang seharusnya) tetap berjalan biasa.
3. Sebaliknya berlari-lari kecil (ramal) di seluruh putaran sa`i. Hal ini dapat menyebabkan beberapa mudharat, antara lain; menyalahi sunnah, membuat letih diri sendiri dan berdesak-desakan sehingga mengganggu orang lain. Ada orang yang melakukan itu karena ingin cepat-cepat menyelesaikan ibadah ini, dan ini tentu lebih buruk dan jelek dari kesala-han sebelumnya, karena ia menggambarkan kejenuhan dalam beribadah.
Dan hal ini tentu merupakan kesalahan besar, karena semestinya setiap orang (mu'min) mengerjakan ibadah dengan dada lapang, hati senang dan penuh kekhusyu`an.
4. Setiap menaiki bukit Shafa dan Marwah membaca ayat berikut:

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللّهِ

"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi`ar Allah". (QS. Al Baqarah: 158).

Padahal, ayat ini hanya (disunnahkan) dibaca ketika pertama kali akan memulai sa`i, pada saat naik ke bukit Shafa, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam.
5. Mengkhususkan setiap putaran sa`i dengan do`a-do`a tertentu.
6. Memulai sa`i dari bukit Marwah.
7. Beranggapan bahwa satu putaran itu adalah dari bukit Shafa sampai kembali ke bukit Shafa, yang menyebabkannya melakukan sa`i sebanyak 14 kali.
8. Mengerjakan sa`i di luar (manasik) haji dan umrah, seperti yang diyakini sebagian orang bahwa ada sa`i sunnah sebagaimana adanya thawaf sunnah

KEENAM: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika tahallul (mencukur habis atau memotong rata rambut), yaitu seperti berikut:
1. Mencukur sebagian rambut saja.
2. Memotong sebagian rambut dari satu sisi saja. Cara seperti ini bertentangan dengan ayat:

 مُحَلِّقِينَ رُؤُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ 

"... dengan mencukur rambut kepala kalian dan memendekkannya...". (QS. Al Fath: 27).

3. Mencukur habis atau memendekkan rambut kepala setelah mengenakan pakaian biasa, sesudah umrah.

KETUJUH: Beberapa kesalahan yang terjadi pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah), yaitu:
1. Meyakini bahwa mengerjakan shalat dua raka`at ihram adalah wajib, dan bahwa pakaian ihram harus baru.
2. Melakukan idhthiba` (membuka pundak kanan dan menyampirkan kain ihram di pundak kiri). Padahal, cara tersebut hanya disyari`atkan ketika mengerjakan Thawaf  Qudum saja.
3. Meyakini bahwa ihram untuk haji tidak sah apabila mengenakan pakaian yang digunakan untuk umrah.
4. Meninggalkan talbiyah pada saat berangkat menuju Mina.
5. Langsung berangkat menuju `Arafah.
6. Tetap tinggal di Mekkah dan tidak berangkat ke Mina.
7. Menjama` shalat di Mina.
8. Menyempurnakan (tidak mengqashar) shalat di Mina.

KEDELAPAN: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika berangkat menuju `Arafah dan pada saat wukuf di sana, antara lain:
1. Tidak  bertalbiyah ketika menuju `Arafah.
2. Wukuf di luar batas `Arafah setelah ter-gelincir matahari.
3. Menghadap ke bukit (Rahmah) –bukan ke kiblat- saat berdo`a.
4. Meyakini bahwa wukuf di atas bukit (Rahmah) itu adalah wajib.
5. Meyakini bahwa pohon-pohon di `Arafah tidak boleh dipotong.
6. Meyakini bahwa Jabal Nur memiliki kesucian yang khusus, sehingga jemaah haji berusaha naik ke atasnya, shalat dan bergantungan di pohon-pohonnya.
7. Menyangka bahwa shalat (di `Arafah) harus dikerjakan bersama imam (di mesjid Namirah), meskipun dalam keadaan yang sangat sulit dilakukan.
8. Keluar dari `Arafah sebelum matahari terbenam.
9. Membuang-buang waktu tanpa faedah. Dan yang lebih bahaya dan besarnya dosa apabila membuang-buang waktu dengan hal-hal yang diharamkan, seperti berfoto-foto, mendengar-kan lagu serta nyanyian (musik), pembicaraan yang tidak senonoh atau menyakiti orang lain.

KESEMBILAN: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika bertolak menuju Muzdalifah, yaitu antara lain:
1. Terlalu tergesa-gesa (dalam berjalan menuju Muzdalifah).
2. Berhenti sebelum tiba di Muzdalifah.
3. Mengerjakan shalat Maghrib dan `Isya di tengah perjalanan sebelum tiba di Muzdalifah.
4. Mengundur-undur shalat `Isya sampai keluar waktunya dengan dalih belum sampai ke Muzdalifah, di mana banyak jamaah haji yang terlambat mendapatkan kenderaan di jalan, sehingga mereka tidak dapat tiba di Muzdalifah kecuali setelah tengah malam atau mendekati waktu fajar, sehingga mereka terpaksa mengakhirkan shalat (`Isya) hingga tiba di Muzdalifah. Hal ini merupakan kesala-han besar.
5. Mengerjakan shalat Shubuh sebelum waktu-nya. Sebagian jamaah haji –semoga Allah memberi mereka hidayah- tidak menunggu masuknya waktu shalat Shubuh. Begitu mendengarkan ada sebagian jemaah yang mengumandangkan azan, merekapun segera melakukan shalat.
6. Meninggalkan Muzdalifah pada malam hari dan tidak mabit (bermalam) di sana.
7. Menghabiskan waktu malam dengan pembi-caraan yang tidak bermanfaat, atau dengan hal-hal lain yang diharamkan.
8. Tetap tinggal di Muzdalifah hingga terbit matahari.
9. Meyakini bahwa batu-batu untuk melontar jumrah harus dipungut dari Muzdalifah.
KESEPULUH: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika melontar jumrah. Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:

 إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللهِ لاَ لِغَيْرِهِ 

"Sesungguhnya disyari`atkan thawaf di Bai-tullah, sa`i antara Shafa dan Marwah serta melontar jumrah hanyalah untuk menegakkan dzikrullah, bukan untuk yang lain".

Dan di antara kesalahan-kesalahan dalam melontar jumrah ialah sebagai berikut:
1. Membasuh batu-batu (yang dipakai melontar) atau memberinya wangi-wangian.
2. Meyakini bahwa tiang-tiang jumrah itu adalah setan. Sangkaan seperti ini menyebabkan beberapa mudharat:
- Sangkaan ini adalah sangkaan yang keliru, karena melontar jumrah adalah dalam rangka menegakkan dzikrullah dan mewujudkan penghambaan kepada Allah Ta`ala.
- Hal ini menyebabkan seseorang akan melontar dengan penuh amarah dan kebencian, sehingga dapat menyakiti orang lain, karena dia maju menyerang bagaikan onta yang sedang mengamuk.
- Ini dapat menyebabkan seseorang lupa bahwa dengan melontar jumrah ini, ia sedang dalam beribadah kepada Allah, sehingga ia mengganti dzikir yang disyari`atkan dengan yang tidak disyari`atkan karena berpegang pada dugaan di atas, yang karenanya kita akan melihatnya melempar dengan batu besar, kayu atau sandal.
3. Berkeyakinan bahwa lontarannya harus me-ngenai tiang jumrah.
4. Mewakilkan orang lain untuk melontarkan, padahal ia masih sanggup melakukannya sendiri.
5. Menyangka bahwa tidak boleh melontar kecuali dengan batu-batu dari Muzdalifah. Padahal yang benar, adalah dibolehkan melontar me-makai kerikil yang berasal dari mana saja.
6. Melontar tidak mengikuti urutan yang benar, atau melontar sebelum waktunya.
7. Melontar dengan kurang dari tujuh buah batu.
8. Tidak berdo`a sesudah melontar jumrah per-tama dan kedua.
9. Melontar dengan jumlah yang melebihi jumlah yang semestinya.

KESEBELAS: Beberapa kesalahan yang terjadi di Mina, antara lain:
1. Tidak mabit (bermalam) di Mina tanpa `udzur. Tidak berusaha mencari tempat bermalam di Mina, sehingga dengan demikian ia beralasan karena tidak mendapatkan tempat bermalam di Mina, ia bermalam di Mekkah atau di `Aziziah.
2. Meninggalkan Mina sebelum matahari terge-lincir pada tanggal 12 Dzulhijjah

NASEHAT KETIGA

Ketahuilah wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah menjaga anda dari semu kejahatan dan dosa-, bahwa syetan selalu berusaha menyesat-kan kaum muslimin dan menghiasi kejahatan itu sehingga kelihatan baik oleh mereka. Allah berfirman:

وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا

"Dan (syaitan) itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya). (QS. An Nisaa': 118)

Dan Allah berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Iblis menjawab: "Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, maka saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka, belakang, kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanya-kan mereka bersyukur (taat)". (QS. Al A`raaf: 16-17)

Dan Allah juga berfirman –tatkala Dia me-larang hamba-Nya mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu mengajak kepada kerusakan, namun ia tidak menyadarinya selangkah demi selangkah-:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُمْ مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang-siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. An Nuur: 21).
Dan perkara yang paling berbahaya yang selalu diusahakan oleh syaitan adalah menjerumuskan manusia ke dalam kemusyrikan, karena ia me-ngetahui dengan baik, bahwasanya Allah Ta`ala tidak akan mengampuninya selama-lamanya. Allah berfirman:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya". (QS. An Nisaa': 48).

Dan ketahuilah –wahai saudaraku yang mulia- bahwa syaitan tidak akan datang mengajak kita langsung kepada perbuatan syirik, namun yang dilakukannya ialah menghiasi perbuatan-perbuatan yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan. Dan awal mula masuknya kesyirikan ke dalam kalangan kaum Nabi Nuh `alaihis salam, adalah ketika ada orang-orang shaleh dari mereka yang meninggal, syaitan menganjurkan kepada mereka untuk meng-gambar orang-orang shaleh tersebut, agar mereka teringat (keutamaan) ilmu dan amal shaleh dan bersemangat untuk itu apabila melihat gambar-gambar tersebut. Lalu ketika datang generasi berikutnya, syaitan membisikkan pada mereka: "Sesungguhnya nenek moyang kalian dahulu melakukan hal tersebut (menggambar orang-orang shaleh) tidak lain kecuali untuk meminta tolong kepada mereka bila ditimpa musibah dan memohon perlindungan saat bahaya datang mengancam. Demikianlah syaitan terus menerus menganjurkan dan membisikkan supaya mereka melakukan hal tersebut, hingga pada akhirnya (tanpa terasa) mereka sudah menyembah orang-orang shaleh itu dan tidak lagi menyembah Allah Ta`ala.
Dan seringkali terjadi di kalangan orang-orang awam –akibat kejahilannya- perkara-perkara (pelanggaran) besar yang dapat menjerumuskan mereka ke jurang kemusyrikan tanpa mereka sadari. Misalnya, perkataan sebagian mereka: "Ya Sayyid Husein, ya Siti Zainab, ya Badawi, ya Matbuli atau ya Sayyid Fulan, berikanlah aku pertolongan", atau: "Aku berlindung kepadamu", atau: "Sembuhkanlah penyakitku", atau: "Kembalikanlah barangku yang hilang", atau: "Karuniakanlah aku anak", atau: "Bantulah aku melawan musuh-musuhku, atau orang yang menzhalimiku".
Termasuk juga, bersujud kepada kuburan, atau menganggap shalat di atasnya merupakan perbuatan yang agung serta menganggap shalat menghadap ke kuburan itu lebih utama (afdhal) daripada shalat menghadap kiblat. Atau berangga-pan bahwa thawaf di kuburan lebih baik daripada thawaf di Ka`bah.
Semua ini –wahai saudaraku- adalah hal-hal yang jelas-jelas termasuk syirik dalam agama Allah. Bagaimana mungkin seorang yang berakal (sehat) meminta perlindungan dan pertolongan kepada orang yang sudah mati, yang seandainya ia memiliki kekuasaan terhadap dirinya, pasti ia tidak akan mati?! Dan apakah seorang wali atau orang shaleh tersebut lebih agung daripada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, yang belum ada seorang makhlukpun yang pernah menginjakkan kakinya di permukaan bumi yang lebih baik daripada Beliau?? (Walaupun demikian), Allah berfirman:

قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
.
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan, kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyak-nya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A`raaf: 188)

Dan Dia juga berfirman: 

قُلْ إِنِّي لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ رَشَدًا * قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا
.
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfa'atan". Katakan-lah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya".  (QS. Al Jin: 21-22).

Maka jika Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam saja tidak dapat mendatangkan manfa`at atau menghindarkan mudharat dari dirinya, dan tiada pula yang dapat melindunginya dari Allah Ta`ala, bagaimana mungkin ada orang yang meyakini bahwa hal tersebut dapat dilakukan oleh seseorang selain Beliau?? Seorang muslim tentu tidak bisa menerima keyakinan seperti ini, karena Allah telah berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاَءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ.

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan ke-mudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". (QS. Yunus: 18).

Ini adalah perbuatan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala mereka, maka apakah pantas seorang muslim mengikuti perbuatan orang musyrik tersebut, sehingga ia meminta syafa`at dari para wali atau orang-orang shaleh yang telah meninggal?!
Allah berfirman menjelaskan alasan orang-orang musyrik bahwa mereka menyembah berhala-berhala itu tidak lain kecuali dengan tujuan agar semakin dekat kepada Allah Ta`ala:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar". (QS. Az Zumar: 3)
Maka pantaskah bagi seorang yang beriman kepada Kalam Allah berdo`a kepada selain Allah, baik itu kepada walih ataupun orang-orang shaleh dengan alasan sebagaimana alasan orang-orang musyrik?! Padahal, Allah Ta`ala telah menjelaskan kelemahan dan ketidakberdayaan segala sesuatu yang dijadikan tujuan untuk berdo`a selain Allah. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ

"Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri". (QS. Al A`raaf: 197)

Sehingga apabila Allah Ta`ala menyatakan bahwa mereka tidak akan sanggup menolong kalian, bahkan untuk menolong diri sendiri mereka tidak mampu, maka apakah seorang muslim yang berakal (sehat) masih mempercayai bahwa mereka dapat memberikan pertolongan (sebagaimana Allah memberikan pertolongan)?! Siapa yang menyatakan hal tersebut, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah Ta`ala,  dan barangsiapa yang mendustakan Allah, maka ia telah kafir, meskipun ia (tetap) melaksanakan shalat, berpuasa dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim.
Jika Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam yang merupakan penghulu segala rasul dan yang berhak memberikan syafa`at di hari kiamat, di mana semua manusia berada di bawah panji-panjinya, dikarenakan kedudukan dan martabat Beliau yang agung, tidak memiliki kekuasaan apapun terhadap kerabat Beliau sendiri. Ini sebagaimana perkataan Beliau yang disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu `anhuma ketika Beliau berada di bukit Shafa, tatkala turunnya ayat:

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

"Dan beri peringatanlah kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (QS. Asy Syuuraa: 214)

(Ketika itu) Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam berdiri dan mengatakan: "Wahai sekalian kaum Quraisy! Korbankanlah diri-diri kalian, karena aku tidak dapat menyelamatkan kalian dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Bani Abdi Manaf! Aku tidak dapat menolong kalian dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam! Aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib! Aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Fatimah binti Muhammad! Mintalah dariku apa yang kumiliki, namun aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya".
Kalau Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam saja tidak dapat menolong paman, bibi dan putri Beliau, maka mana mungkin Beliau dapat menolong orang lain?! Camkanlah masalah ini dengan baik, wahai saudaraku!
Ketika Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam ingin meminta ampunan bagi pamannya Abu Thalib –karena ia telah banyak membantu dan menolongnya-, Allah lalu melarangnya. Dia berfirman:

 كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
.
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim". (QS. At Taubah: 113)
Allah Ta`ala berfirman:

إِنَّكَ لاَ تَهْدِيْ مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (QS. Al Qashash: 56)
Maka janganlah anda tertipu –wahai saudaraku- oleh perbuatan orang-orang jahil dengan berdo`a kepada selain Allah Ta`ala.

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ

"Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) Yang Tidak Mati". (QS. Al Furqan: 58)
Oleh sebab itu, janganlah anda berdo`a kecuali kepada Allah, janganlah anda berlindung kecuali kepada Allah dan janganlah meminta pertolongan kecuali kepada Allah. Ketahuilah bahwasanya Allah Ta`ala lebih dekat kepada anda dari segala sesuatu. Allah berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku". (QS. Al Baqarah: 186)
Ambillah wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah senantiasa menjagamu- wasiat Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada saudara sepupunya Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhuma, ketika Beliau berpesan kepadanya: "Apabila engkau meminta sesuatu, maka mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya seluruh umat bersatu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan memberimu manfaat, kecuali manfaat yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan sekiranya mereka bersatu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu, kecuali jika Allah telah menetapkannya menimpamu. Telah diangkat pena-pena dan telah kering lembaran-lembaran shuhuf (catatan taqdir)".
Maka apakah masih ada alasan (hujjah) bagi seseorang setelah mengetahui hadits ini –wahai saudaraku yang mulia-? Dan apakah masih dapat diterima perkataan (pendapat) seseorang –siapapun dia- apabila bertentangan dengan perkataan Allah dan Rasul-Nya?!
Saudaraku yang mulia –semoga Allah menjauh-kanmu dari segala keburukan-! Sesungguhnya ada beberapa do`a agung yang pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para sahabatnya, dan do`a-do`a tersebut adalah do`a yang bermanfaat, sehingga penting bagi anda untuk mempelajarinya, menghafalnya dan mengamalkannya, antara lain:

 اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ 

"Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari beratnya cobaan, kesengsaraan yang menimpa dan dari taqdir yang buruk serta dari musibah yang menggembirakan musuh".

 اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيْ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ آخِرَتِيْ الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادِيْ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ 

"Ya Allah, baguskanlah agamaku yang meru-pakan sandaran segala urusanku, baguskanlah (kehidupan) duniaku yang di dalamnya aku hidup, baguskanlah akhiratku yang kepadanya aku kembali, jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala keburukan".

 اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَأُعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيهَا مِنْ قَوْلٍِ أَوْ عَمَلٍ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِيْ خَيْرًا 

"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan, baik yang segera maupun yang lambat, yang aku ketahui atau yang belum aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik yang segera maupun yang lambat, baik yang aku ketahui ataupun yang belum aku ketahui. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang diminta kepada-Mu oleh Nabi-Mu Shallallahu `alaihi wasallam, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang mana Nabi-Mu 
Shallallahu `alaihi wasallam berlindung kepada-Mu daripada-nya. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu surga dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik perkataan maupun perbuatan, dan aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikana seluruh taqdir yang telah Engkau tetapkan bagiku kebaikan semata".

اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا، وَاحْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا، وَاحْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ رَاقِدًا، وَلاَ تُشْمِتْ بِيْ عَدُوًّا وَلاَ حَاسِدًا، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ 

"Ya Allah! Jagalah aku dengan Islam dalam keadaan berdiri, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan duduk, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan tidur, dan janganlah Engkau jadikan kesusahanku kegembiraan bagi musuhku atau orang yang dengki kepadaku. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu, dan aku berlindung kepadaMu dari seluruh keburukan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu."

 اللَّهُمَّ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ؛ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan (menyebut) bahwasanya Engkaulah (Tuhan) Yang Maha Satu lagi Maha Esa, Tempat bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku. (Karena) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

 اللَّهُمَّ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ، الْمَنَّانُ يَا بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ 

"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu (dengan menyebut) bahwasanya bagi-Mu-lah segala puji-pujian, tidak sembahan (yang hak) selain Engkau satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Mu, Yang Maha Pemberi, wahai Pencipta langit dan bumi, wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha Berdiri sendiri lagi senantiasa Mengurusi hamba-hamba-Nya, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu surga dan berlindung kepada-Mu dari neraka."

 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَمِنْ جَمِيعِ سَخَطِكَ 

"Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmatMu berubahnya kesehatan (dari)-Mu, pembalasan-Mu yang tiba-tiba (datangnya) dan segala kemurkaanMu".
Dan apabila anda ditimpa duka cita dan kesusahan, maka katakanlah seperti apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada anda, yaitu:

 لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ 

"Tidak tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Besar lagi Maha Penyantun, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang agung, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan langit dan bumi dan Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang mulia".

 يَا حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، فَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ 

"Wahai (Tuhan) Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmatMu aku meminta keselamatan, maka baguskanlah urusanku seluruhnya, dan janganlah Engkau tinggalkan diriku walau hanya sekejap mata".

 لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ 
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah termasuk orang-orang yang zhalim".

 اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِيْ، وَنُورَ صَدْرِيْ، وَجلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ 

"Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang laki-laki dan anak hamba-Mu yang perempuan, ubun-ubunku di TanganMu, berlaku padaku hukumMu dan adil padaku ketetapan-ketetapan (qadha)Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan (perantaraan) seluruh NamaMu yang Engkau namai DiriMu dengan-Nya, atau yang Engkau turunkan dalam KitabMu, atau yang Engkau ajarkan pada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang hanya Engkau sendiri yang mengetahuinya dalam ilmu ghaib yang ada pada sisi-Mu, agar Engkau menjadikan 
Al Qur'an kesejukan (musim semi) hatiku, cahaya dadaku, pelipur kesedihanku dan pengusir kesusahanku".

 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي 

"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon `afiat (keselamatan) kepada Engkau di dunia dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kemaafan dan keselamatan kepada Engkau, dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah! Tutupilah aurat (aib)ku, dan amankanlah rasa takutku. Ya Allah! Peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan kebesaranMu agar aku tidak dicelakakan dari bawahku".






.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda di sini